Bad boy, nice guy. Bad boy, nice guy. Sepanjang perjalanan karirku sebagai ahli dalam hubungan percintaan, pertanyaan kebanyakan cowok selalu seperti itu-itu saja. Selalu seputaran bad boy dan nice guy. Emang cowok bad boy selalu lebih OK? Emang cowok nice guy selalu jelek?
Tenang, itu semua akan aku bahas pada artikel kali ini!
Yes, cowok, pria, makhluk berbatang, kaum Adam, atau apalah itu namanya tidak sehitam putih itu. Tidak ada kategori pasti dalam dunia penuh testosterone dan maskulinitas ini. Cowok tidak sehitam-putih itu.
Kalau kamu merasa bahwa dirimu adalah nice guy, tapi ngerokok, mabuk. Apa masih bisa dibilang nice guy? Kalau kamu merasa bahwa dirimu bad boy, tapi menyayangi hewan, membantu kaum tidak mampu. Apa masih bisa dibilang sebagai bad boy?
Nah, balik ke masalah nice guy. Kamu sudah tahu bahwa pria tidak dapat dikotak-kotakan ke dalam kategori tertentu. Jadi jawaban untuk pertanyaan yang ada di judul artikel kali ini adalah: TENTU SAJA BISA! Mau kamu nice guy, bad boy, sad boii, fucc boy, soft boy. Semua memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dalam masalah percintaan!
Yang membedakan adalah: apakah kamu mau untuk belajar, meninggalkan ego kamu dan gengsi kamu untuk memperbaiki perjalanan romansa kamu?
Aku memiliki sahabat yang kalau di kategorikan termasuk nice guy, tapi memiliki pasangan dimana-mana, suka dugem, dan gebetan pada ngantri untuk menjadi pasangannya. See?
Semua pria memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dalam masalah percintaan.
Jadi sekarang sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak belajar masalah percintaan. Yang membedakan kenapa bad boy begitu memesona adalah karena mereka berani mengambil risiko. Risiko di cap sebagai playboy, risiko dicap jelek oleh orang tua pasangannya. Lantas apakah seorang nice guy tidak bisa mengambil risiko? Tentu saja bisa!
Ada beberapa orang yang malu untuk belajar masalah percintaan, malu karena dicap cupu dan sebagainya. Guys, kalau kamu terus-menerus dengerin apa kata orang, ya gak bakalan jalan! Mulai sekarang beranikan diri untuk mengambil risiko yang ada, hadapi risiko tersebut dengan jantan.
Aku tantang diri kamu untuk mulai belajar lebih banyak mengenai percintaan, apakah kamu berani? Kejantananmu diuji ketika kamu mau untuk mengambil risiko yang ada.
So, balik lagi. Berani terima tantanganku?